Saturday, February 2, 2013

100% Bohong atau Jujur?


The worst part of being lied to is when you realize you believed it

Pernah ngerasa dibohongi? Apa yang kamu pikirin pas kamu tau kalo kamu dibohongi?
Emosi, itu pasti. Berusaha menerima kenyataan, itu harus. Berpikir untuk memahami alasan si pembohong, pikir-pikir dulu. Memutuskan untuk memaafkan, aduuh males banget.


Ada yang bilang, kalo white lie nggak masalah. Kan maksudnya baik. Tetep, itu suatu bentuk kebohongan. Tapi, nggak ada orang jaman sekarang yang bener-bener jujur 100%. Kejujuran 100% itu cuma punya nabi. Sarkastis mungkin. Cuma memang itu fakta yang saya tangkep. Setiap orang punya alasan tersendiri untuk berbohong. Entah alasannya baik atau dengan maksud tertentu. Dan bodohnya adalah saat kita dibohongi, kita percaya dengan ucapannya. Kayak quote diatas, bagian terburuk dari dibohongi adalah saat kamu sadar kalau kamu mempercayainya. Dan itu beneran bikin kita keliatan kayak orang yang bener2 bodoh. 

Untuk antisipasi atau sekedar pelajaran aja nih, saya googling artikel tentang gimana caranya mengetahui kebohongan seseorang melalui bahasa tubuh yang tanpa kita sadari adalah petunjuk kalo kita sedang berbohong.

  1. Ketahuilah cara dia biasanya berbicara.
  2. Perhatikan tekanan-tekanan dalam pola bicaranya.
  3. Lihatlah beberapa pertanda atau gesture (gerak-gerik) yang khusus.
  4. Mengurangi atau menghilangkan informasi yang disampaikan.
  5. Baru, bertanya pada orang yang kamu duga berbohong.
  6. Terakhir, bisa pakai intuisi.

atau ada juga yang lebih mudah buat kamu pahami di link ini ;) http://justmyhobby.wordpress.com/2010/02/28/cara-untuk-melihat-kebohongan-seseorang/

Dibohongi memang nggak enak, tapi pada suatu waktu kita bakal ketemu dengan saat-saat kita nggak punya pilihan lain selain berbohong. Mungkin bukan nggak punya, tapi pilihan yang ada sangat terbatas dan beresiko tinggi. Dan satu-satunya yang mungkin bisa di toleransi adalah dengan melakukan kebohongan. Jadi, yang saya percaya sekarang di pikiran saya adalah, nggak ada orang yang bisa jujur 100%. Dari situ, pikiran saya berkembang ke arah yang agak sedikit negatif. Hehe. Karena nggak ada orang yang bisa jujur 100%, so, nggak ada orang yang bisa dipercaya sepenuhnya. Tapi, nggak ada manusia yang sempurna. Saya pun begitu. :D



Ini cuma pendapat saya aja sih.. Hehe. Kalo kamu? 



Cheers,


Lina

Keluarga, Cerita Yang Kekal...



Keluarga, cerita yang kekal... Cerita tentang satu rangkaian cinta dan kasih. Mungkin indah bagi sebagian orang, dan nggak bagi yang lain. Keluarga memiliki arti tersendiri untuk masing-masing orang. Satu hal yang pasti, keluarga adalah tempat kita memulai suatu kehidupan setelah terlahir di dunia ini. Ada yang bilang, keluarga adalah harta yang paling berharga. Harta pertama yang nyata yang kita miliki tanpa ada akad untuk menegaskannya. Hanya keluarga, tak ada yang lain. 

Keluarga, cerita yang kekal... Cerita tentang bayangan dan kesetiaan. Nggak selalu untuk semua orang. Tapi buat mereka yang benar-benar merasakan arti mencintai dan dicintai oleh keluarga. Ada yang bilang, mereka adalah bayangan diri kita. Mengikuti bagaimana pergerakan kita, kemanapun kita melangkah. Apakah cepat, apakah lambat. Apakah terik, ataukah mendung. Bayangan itu sangat nyata saat terik datang tanpa terbendung teduh. Dan saat mendung datang, bayangan itu bisa memudar ketika kita nggak segera mencari tempat terang yang menghasilkan bayangan. 

Keluarga, cerita yang kekal... Cerita saat kita kelelahan mengikuti irama dunia. Katanya, keluarga adalah rumah. Rumah yang memiliki banyak arti. Rumah adalah tempat kita pulang. Tempat kita berlindung. Rumah adalah tempat kita melepas lelah setelah kebingungan mencari jati diri. Rumah adalah tempat kita menemukan keaslian diri kita. Dimana kita nggak perlu menutup-nutupi kekurangan kita. Ya.. itulah artinya keluarga.


Keluarga, cerita yang kekal... Cerita tentang kekuatan dan kepercayaan. Kekuatan untuk memberikan semangat saat kita terjatuh untuk kembali bangkit dan menatap dunia penuh percaya diri. Kekuatan untuk menaungi sisi rapuh kita. Ada kepercayaan, kepercayaan untuk mendukung cita-cita dan jalan hidup yang telah kita putuskan. Percaya saat dunia menjauh dan menjatuhkan pendapatnya saat kita tak sengaja tersandung kerikil tajam. Karena hidup, nggak selalu seperti keinginan kita. 


Tapi, keluarga nggak hanya disatukan dengan kentalnya darah yang mengaliri tiap jengkal tubuh kita. Keluarga adalah orang-orang yang bisa menjadi rumah kita. Tempat kita berbagi keluh kesah, ketidakmengertian dan segala kerumitan hidup. Keluarga adalah orang yang selalu berada disamping kita. Saat tertawa, bahagia, sedih, bahkan terpuruk. Keluarga, tempat kita bisa membagi mimpi. Sejelek-jeleknya mimpi. Nggak ada yang perlu ditutupi. Karena keluarga, adalah separuh diri kita.

Keluarga adalah orang-orang yang bisa merasakan kesakitan kita. Yang bisa merasakan setiap detail luka kita. Seperti satu bagian tubuh yang saling melengkapi, yang saling merasakan sakit jika salah satu bagian tubuh itu sakit. Selekat hubungan jantung dan pembuluh nadi. Sesederhana menjelaskannya, sesederhana kita memahami arti keluarga.

Ikatan cinta dan kasih sayang yang membentuk sebuah keluarga, lebih berharga daripada sekedar ikatan darah. Karena darah hanya perantara yang tidak memiliki rasa. Sesuatunya akan lebih nyata dengan ikatan cinta dan kasih sayang walaupun tak ada darah sebagai perantara. Disitulah kita menemukan keluarga kita. Sesederhana kita mengalirkan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang yang mengerti, memahami, tulus, dan begitu ikhlas menjadi bagian dari diri kita yang nggak pernah sempurna.

Keluarga, adalah hadiah terindah Tuhan untuk kita. Walaupun ada yang terpecah, percayalah ada hikmah dibaliknya yang akan membantu kita menemukan arti kebahagiaan dalam sebuah ikatan keluarga...




Cheers,


Lina

Orang Ketiga, Salahkah?



Posting blog saya kali ini terinspirasi dari beberapa cerita yang saya baca. Tentang orang ketiga dalam suatu hubungan. Hehe. Hmmm, berat? Sepertinya... Let's see! ;)

Mungkin banyak yang menganggap adanya kehadiran orang ketiga adalah petaka dalam suatu hubungan dua orang yang saling mencintai dan sudah dalam tahap serius untuk menuju ke jenjang pernikahan. Pokoknya, apapun yang merusak hubungan itu semuanya adalah karena kesalahan orang ketiga. Terkadang, kita nggak mau berkaca kepada situasi. Karena pada dasarnya otak kita sudah menjudge berbagai hal negatif kepada orang ketiga. Apapun itu, tanpa melihat dari berbagai sisi dan nggak mau menerima alasan yang dilontarkan. 

Memang, nggak bisa dipungkiri kalau ada orang-orang yang senang menjadi pihak ketiga tanpa tujuan yang jelas. Dengan alasan, cuma mau have fun, menikmati hidup, mencari tantangan, atau cuma mau main-main. Kalo alasan nya itu sih, kita sah-sah aja untuk menjudge kalo perilaku dan sikap mereka negatif sebenar-benarnya. Maksudnya, pure cuma mau merusak hubungan orang. Atau ada tujuan khusus, bisa aja pihak ketiga ini adalah pihak yang jadi korban karena hubungan kita. Tanpa kita sadar, tanpa kita sengaja. Semua itu mungkin-mungkin aja kan? Apapun bisa dilakukan sama orang yang sakit hati. Kayak kata orang-orang mungkin ya.. "Cinta ditolak, dukun bertindak". Ehehehehe. Bisa jadi kan? 

Tapi, pernah nggak, kita liat dari sudut pandang lain? Misalnya, si orang ketiga adalah orang dari masa lalu pasangan kamu. Yang belakangan baru kamu tau kalo si orang ketiga ini sebelumnya adalah pacar pasangan kamu. Berhubung, misalnya; kamu dan pasangan kamu adalah hasil perjodohan para orang tua yang kalian nggak bisa tolak bagaimanapun alasannya. Jadilah si orang ketiga ini yang mundur. Apa pernah terpikir sama kamu kalau sebenarnya yang menjadi korban dalam hubungan tersebut adalah si pacar pasangan kamu sekarang yang hitungannya sekarang adalah orang ketiga? Apa pernah terpikir kalo posisi dia sangat sulit? Dan saat pasangan kamu ini nggak siap untuk meninggalkan si pacarnya ini, jadilah mereka berhubungan di belakang kamu. Pertanyaannya sekarang adalah, bisakah kamu menyalahkan orang ketiga sementara kita nggak tau kan perasaan dia yang sebenarnya? Perubahan hidupnya setelah hubungannya dengan pasangan kamu sekarang beralih konteks dari pacar resmi jadi "selingkuhan"? 


Di kasus lain, misalnya pasangan kamu ini pernah nolong seseorang dan orang yang ditolong ini merasa punya hutang budi atau bahkanhutang nyawa sama pasangan kamu. Yang pada akhirnya, orang itu rela ngasih apapun untuk membalas budi. Pastinya masih dalam konteks positif ya. Tapi, lama kelamaan si orang ini merasa tergantung sama pasangan kamu atau bahkan bisa jadi, jatuh cinta. Sedangkan orang ini tau kalo pasangan kamu udah punya pacar; yaitu kamu, dan bahkan kenal juga. Lalu pasangan kamu juga merasakan hal yang sama. Apakah orang ini salah sebagai orang ketiga? Menurut saya sih, dibilang salah ya iya. Karena posisinya si orang ketiga ini udah tau kalo pasangan kamu ini udah punya pacar. Untuk sekedar balas budi, seharusnya si orang ketiga ini bisa mengatur perasaannya dan memposisikan dirinya sebagai kamu sebagai bentuk pengendalian perasaannya. Tapi nggak sepenuhnya salah. Karena mungkin dia nggak bermaksud seperti itu. Semua bisa karena terbiasa kan? Perasaan itu ada tanpa bisa dicegah. Tapi, selalu ada pilihan untuk setiap permasalahan. 

Kita selalu nggak pernah tau apa yang ada di pikiran seseorang, apa yang ada di hati orang lain. Yang kita bisa adalah menebak. Mengira-ngira apa yang mungkin di pikirkan orang lain terhadap suatu hal, terhadap orang lain, atau bahkan terhadap sikap dan kepribadian yang melekat di diri kita. Perasaan datang tanpa bisa dicegah. Kita nggak tau kapan datangnya atau bakalan dateng untuk orang yang tepat. Kalo kata temen saya, kadang perasaan itu hadir di saat yang tepat pada orang yang salah. Bisa juga, hadir di saat yang salah untuk orang yang tepat. Tapi, kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang benar. Begitu juga dengan apa yang terjadi sama orang ketiga. Jadi, kita nggak bisa seenaknya aja menjudge kalo semua orang yang menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan itu selalu salah. Karena kita nggak ada dalam situasi yang mereka hadapi.

Yang menjadi orang ketiga pun belum tentu bersenang-senang di atas penderitaan kamu. Karena pada dasarnya mereka juga bingung berada dalam ketidakpastian. Berada dalam tekanan karena capek menanggung penilaian negatif orang lain tentang mereka. Padahal mereka nggak mengharapkan untuk tiba-tiba menjadi orang ketiga.Belum tentu dia akan merebut pasangan kamu. Karena memutuskan itu butuh keyakinan hati dan kejernihan pikiran yang bergantung pada waktu. Jadi, yang kamu perlu lakukan adalah mawas diri. Menempatkan diri kamu pada situasi orang lain bisa membantu untuk menerima sikap dan pilihan hidup orang tersebut.


Jadi, apakah menjadi orang ketiga selalu salah?
Saya kembalikan lagi ke kamu guys.. Hehe. Karena tiap orang punya sikap masing-masing dalam memutuskan suatu perkara.


Cheers,

Lina

Ayah, Dalam Diamnya...



Banyak yang bilang...
Ayah berpikir dalam diamnya.
Ayah menahan rasa kesal dalam diamnya.
Ayah bangga pada kita, dalam diamnya.
Ayah menyimpan semua beban hidup dalam diamnya.
Ayah menyayangi kita dalam diamnya.

Ya, ada yang bilang begitu. Dan aku percaya. 
Dalam diamnya, bukan berarti Ayah tidak memikirkan kita, masa depan kita, bahkan kebutuhan kita sampai sedewasa ini. 
Dalam diamnya, bukan berarti Ayah tidak menyayangi kita. Tapi Ayah selalu menginginkan yang terbaik untuk hidup kita. 
Dalam diamnya, bukan berarti Ayah tidak bangga pada apa yang telah kita dapatkan. Tapi Ayah hanya menjaga agar kita tidak menjadi manusia dengan rasa sombong yang luar biasa. 
Dalam diamnya, bukan berarti Ayah tidak memiliki beban. Tapi Ayah hanya tidak ingin menyusahkan kita. 

Ya, Ayah hanya ingin merasakan dan memikul bebannya sendirian. Karena Ayah, sayang kita.

Saat kita begitu banyak melakukan kesalahan, Ayah selalu memaafkan. 
Ayah selalu menerima permintaan maaf dan penyesalan kita. Yaah, apapun itu. 
Ayah tidak pernah mencatat semua pengorbanannya untuk kita, tapi ia selalu mengingat masa-masa kita mulai tumbuh dan memberikan kita keberuntungan karena memiliki saat-saat kenangan itu bersamanya. 
Sebab cinta dan ketulusan Ayah, selalu mengalir sebagaimana aliran darah yang mengalir bersamaan dengan degup jantung dalam tubuh kita. 
Yaa, sebesar itulah cinta Ayah. Tak terhitung, seringkali tak kita sadari, tapi menghangatkan kehidupan.

Sebelum terlambat, berlari lah dan hampiri Ayahmu...
Meminta maaflah atas semua kesalahanmu dan peluk dia...
Katakan bahwa "Aku Sayang Ayah"...

Satu kalimat sederhana yang bermakna ribuan jawaban atas pengorbanan Ayah terhadapmu.
Satu kalimat sederhana yang bisa sedikit meringankan bebannya.
Satu kalimat sederhana yang bisa memberikan senyum diwajahnya...
Satu kalimat sederhana...

Sesederhana ketulusannya, membesarkan dan merawat kita...

Dialah, AYAH...


Zona Nyaman


Yup yuuuup...
Posting saya kali ini tentang zona nyaman.

Kayak apa sih zona nyaman kamu?
Bertelur dikamar seharian, atau mencari tempat sepi yang tenang untuk menyendiri dan mengistirahatkan pikiran, atau hidup tanpa beban dan masalah yang menuntut kita untuk selalu waspada, atau justru mencari tempat aman dengan orang-orang disekeliling kita yang kita tau akan selalu melindungi kita?
Yang mana?



Zona nyaman deskripsi saya adalah hidup tanpa beban dan masalah yang artinya keadaan stabil dan normal-normal aja. Tapi as we know, nggak ada perjalanan hidup yang bisa mulus-mulus aja kan? Hhe. Setiap jalan yang kita lalui pasti menyimpan rahasianya tersendiri. Sampai kadang rasanya kita terlalu terkejut dan merasa semua itu adalah jebakan atau bahkan musibah. Iya nggak sih? Dan semua itu bisa menyeret paksa kita untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini kita miliki.

Hidup dalam keadaan yang stabil atau "sangat stabil" sangat menyenangkan kan? Tapi terkadang Tuhan menuntun kita sesuai jalan yang harus kita tempuh masing-masing. Mungkin dengan sedikit masalah kita bisa berlatih menjadi seseorang yang kuat dan nggak gampang menyerah. Bukan sedikit, mungkin banyak. Kalo dipikir-pikir lagi, hidup dalam zona nyaman terus menerus agak membosankan. Karena yang kita tau cuma itu-itu aja. 

Terkadang kita juga merasa kalau masalah atau beban yang datang silih berganti, atau malah datang bertubi-tubi adalah sesuatu yang memuakkan, yang bahkan sangat melelahkan. Hingga kita terpikir untuk menyerah, untuk melepaskan semua beban itu dengan cara yang lain. Saat putus asa, apapun bisa terpikirkan kan? Saat itu adalah saat kita lengah menjaga keyakinan kita kalau Tuhan sudah menunggu kita di pintu kebahagiaan yang lain. Yang perlu kita jangkau dengan usaha dan perjuangan yang panjang, dengan begitu banyak pengorbanan, dan segala yang kita punya.

Saat kita rindu dengan zona nyaman kita, saat kita rindu dengan kebahagiaan tanpa rasa sakit dan kata lelah. Saat itulah kita terlupa kalau semua beban ini adalah rangkaian lika-liku perjalanan dalam peta hidup kita.

Terlalu lama berada di zona nyaman membuat kita gampang untuk menyerah, membuat kita lupa kalo nggak selamanya orang-orang di sekeliling kita selalu punya waktu untuk melindungi kita. Karena hidup adalah tentang timbal balik. Atas perbuatan kita, atas kehidupan kita, dan atas kehidupan orang lain.

Happy Mother's Day, Mom...


22 Desember...

Hari Ibu...



Masih ingatkah, saat Ibu mengajarkanmu untuk berbicara? menuntunmu mengucapkan satu patah kata saja, mengajarkanmu untuk menyusunnya menjadi suatu kalimat? Hingga kita bisa berbicara dengan lancar sampai begitu mudahnya kita membantah bahkan terkadang membentak?

Masih ingatkah, saat Ibu melarangmu untuk melakukan sesuatu yang sangat kamu inginkan? ingat? Pasti sampai kita merasa kalau Ibu tidak pernah mau mengerti apa yang kita inginkan... Sampai kita merasa kalau Ibu terkadang tak sejalan dengan pemikiran kita.

Masih ingatkah, saat Ibu mengajarkanmu tentang agama, tentang sikap dan sopan santun, bahkan tentang semua hal... Semua hal yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Ibu.


Itu semua Ibu lakukan agar kita - anaknya, bisa selalu berbahagia walaupun terkadang kenyataan tak seindah keinginan kita. Tapi, apapun keadaannya, Ibu selalu dengan ikhlas menyayangi anaknya, memaafkan semua salah dan dosa kita dengan tulusnya, dan telah begitu sabar merawat dan membimbing kita. Semua itu Ibu lakukan tanpa meminta imbalan apapun. Bahkan kita terkadang merasa masih kurang, karena kita meminta terlalu banyak. Meminta terlalu banyak pengertian Ibu, pengorbanan Ibu, kemurahan hati Ibu, kasih sayang Ibu, Maaf Ibu, dan cinta Ibu yang tak akan habis selama hidupnya.

Ibu yang tak pernah lelah untuk selalu menjaga kita. Mendukung semua langkah kita, menemani kita saat kita jatuh dan terpuruk. Ibu yang mengenalkan kita kepada dunia karena dari rahimnya lah kita bisa hadir di dunia ini. Dalam rahimnya, kita pernah berlindung dan memulai kehidupan dengan campur tangan Tuhan melalui andil Ayah. 



Kemauan Ibu sangat sederhana; melihat kita berhasil dan bahagia dengan pilihan hidup kita. Meskipun terkadang dia harus bersikap keras dan menentang keputusan kita. Semua itu Ibu lakukan agar kita tidak terjerumus kedalam kesalahan yang mungkin akan berakibat fatal. Tapi yang kita lakukan adalah, menantangnya, menentangnya, dan menganggap kalau larangannya adalah suatu ketidakmengertiannya. Padahal yang sebenarnya adalah, kita yang tidak mengerti apa yang ada di hadapan kita. Tapi Ibu selalu tau, saat anak-anaknya membutuhkan perlindungan, penunjuk jalan dan nasihat.

Ibu selalu memberi kehangatan dalam setiap kehadirannya. Karena Ibu, tak pernah menghitung berapa pengorbanan yang telah dia berikan. Dan yang kita tau hanyalah; meminta Ibu berkorban untuk kita,  sebanyak-banyaknya. Tanpa tau caranya membalas semua pengorbanannya, tanpa tau cara membahagiakannya, tanpa tau bagaimana cara membuatnya tetap tersenyum. Bagaimanapun, Ibu selalu memberikan tau kita bagaimana rasanya memiliki seorang Ibu. Ya, sesimpel itu lah kehadirannya. Sesimpel itu juga caranya agar selalu ikhlas membahagiakan keluarga.

Ibu, adalah simbol kasih sayang keluarga tanpa batas. Bukan berarti Ayah kurang memberi kasih sayang. Tapi apa yang dilakukan Ibu adalah suatu hal yang tak ternilai harganya. Mulai dari mengandung kita, menjaga kita, membesarkan kita, dan mendidik kita. Mungkin jika semua hal di dunia ini bisa dia berikan untuk membahagiakan kita, pasti akan diberikannya. 

Terima kasih Ibu...

Selamat hari Ibu mama,
Semoga Allah selalu melindungi langkahmu, kemanapun langkah mama untuk berbahagia. Aku nggak akan pernah bisa membalas semuanya. Semua pengorbanan dan ketulusan mama, keikhlasan membesarkan aku dan semua kasih sayang yang mama berikan, sampai aku merasa begitu beruntung punya Ibu seperti mama. Memiliki mama adalah hadiah yang tak ternilai harganya disetiap hari aku. Hehe.

Love you, Mama.
Maaf untuk semua ketidakmengertianku, untuk semua kekurangajaranku, dan untuk semua kesalahanku.


Just Look Around You!


Pernah merasa nggak beruntung terlahir sebagai diri kamu?


Pernah merasakan sepertinya lelah sekali menjadi diri kita. Lelah saat keadaan tidak mendukung kita dan malah membuat hidup kita terasa semakin sulit. Dan saat kita merasakan itu semua, rasanya dunia jungkir balik berputar-putar tak tentu arah. Terkadang melihat kehidupan orang lain itu rasanya menyenangkan dan kita mulai membandingkannya dengan apa yang kita dapatkan dan jalani sekarang. Yaa, kayak kata pepatah yang bilang kalo rumput tetangga itu terlihat lebih hijau dari rumput kita sendiri.

Saat kita merasa sangat putus asa dan hampir menyerah, semua pikiran itu berkelebat dan kadang membuat kita menyesal sudah terlahir di dunia. Lebay? Tapi memang  itu yang terjadi. Hehe. Merasa kalo kita terlahir di tempat yang salah, merasa sangat tidak beruntung karena nasib dan takdir kita, merasa kalo hidup ini hanya ditakdirkan bahagia untuk sebagian orang, dan merasa sangat terpuruk setelah semua pikiran itu menjadi satu dan berusaha meluruhkan pikiran positif kita yang entah nyasar kemana.

Yaa, saat itulah kita nggak bisa berpikiran jernih. Dan saat itulah yang kita butuhkan hanya semangat dan support dari orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Kembali berpikir positif kalo kita masih punya orang-orang yang menyayangi kita dengan tulus apa adanya, dan nggak banyak menuntut atas apa yang bisa kita raih dan berikan. 


Yaa, merekalah semangat itu. Orang-orang yang menyayangi kita.

Nggak perlu mencari seribu alasan lain untuk bangkit dari keterpurukan dan rasa ketidakberuntungan. Karena Tuhan sudah dengan sangat baiknya mengirimkan kita orang-orang itu. Berterima kasihlah...

Pikirkan juga tentang apa yang sudah kita dapatkan selama ini. PIkirkan semua keberuntungan yang telah kamu miliki. Membandingkan keadaan kita dengan orang lain sah-sah aja. Tapi nggak untuk membuat kita merasa sial dan jauh dari keberuntungan. Just look around you, there's a lot of people who wants to be like you... Ya! banyak orang yang mau menjadi seperti kita. Karena apa yang tampak diluar belum tentu mencerminkan keadaan kita sebenarnya kan?

Terlahir menjadi diri kita adalah anugerah... Karena kita sudah diberi kesempatan untuk merasakan indahnya dunia. Terlahir dalam keluarga yang tidak utuh, atau dalam keluarga kurang mampu, atau keluarga kaya raya, atau keluarga yang penuh dengan kekerasan, atau bahkan keluarga yang kamu nggak kenal sekalipun, itu semua sudah diatur oleh Tuhan. Tapi satu hal yang pasti adalah, nggak selamanya kesedihan dan kesialan menimpa kita, dan nggak semua kebahagiaan yang ada didunia ini cuma mampir untuk sebagian orang. Percayalah, Tuhan sudah membaginya dengan rata. Membaginya dengan adil. 



Once again, Just look around you!
Karena cuma dengan melihat sekitar kita bisa merasakan keberuntungan kita tentunya dengan pikiran positif. Belajar menjalani hidup dengan keikhlasan dan rasa syukur. Belajar untuk selalu berpikiran positif, belajar untuk menerima apapun yang terjadi, belajar memaafkan kesalahan, dan belajar untuk menjadi diri sendiri. Karena apapun yang Tuhan takdirkan untuk kamu yang terpenting adalah maksudNYA. Yaa, nggak semua peristiwa buruk yang menimpa kamu adalah kesialan. Karena Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan dibaliknya. 

Karena pelangi akan datang selalu setelah hujan reda. Dan sadari kalau hidup ini indah... :)

So, Just look around you... And think that God always gives you everything without asking anything in return.